Sabtu, 10 Mei 2025

Opini Reflektif: Menjadi Bagian dari Perjalanan Calon Guru Madrasah Ibtidaiyah

        

Oleh: Dr. Ainun Mahfuzah, M.Pd        

            Bersama para mahasiswa semester 6 PGMI, saya menyadari bahwa menjadi dosen bukan hanya tentang menyampaikan materi. Lebih dari itu, ini tentang mendampingi perjalanan tumbuh para calon guru yang kelak akan menjadi pelita bagi anak-anak madrasah di seluruh pelosok negeri. Pada semester ini, mereka sedang menempuh mata kuliah Metodologi Penelitian, salah satu syarat penting sebelum mengikuti seminar proposal skripsi. Bagi saya, mata kuliah ini bukan sekadar belajar menulis sistematika penelitian. Ia adalah bekal penting untuk melatih daya pikir ilmiah, menyelami realitas pendidikan madrasah, serta menumbuhkan keberanian menyuarakan ide dan solusi melalui pendekatan yang bertanggung jawab.

Menjadi guru bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga pemikir. Bahkan diam yang baik adalah diam yang berpikir - merenungkan, merancang, dan suatu saat akan menyuarakan gagasannya untuk kemajuan pendidikan. Membersamai mereka seperti menyaksikan satu fase penting dalam kehidupan mereka: fase pembentukan identitas sebagai guru. Sebuah fase yang dalam kajian ilmiah disebut sebagai período de inserção profissional docente, yaitu masa ketika seorang calon guru mulai memaknai profesi ini bukan hanya sebagai pekerjaan, tetapi sebagai panggilan, sebagai bagian dari jati dirinya.

Sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Demos & Gonçalves (2025), pengalaman awal seorang guru sangat menentukan arah pengembangan profesional mereka ke depan. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa dukungan lembaga, figur mentor, dan ruang-ruang refleksi sangat dibutuhkan untuk membantu guru pemula menghadapi dunia nyata pendidikan yang kompleks. Maka dalam konteks PGMI, tugas kita bukan hanya membekali mahasiswa dengan ilmu mengajar, tetapi juga dengan kekuatan mental, nilai kemanusiaan, dan keteguhan prinsip sebagai pendidik.

Saya bangga menjadi bagian dari proses ini. Untuk kalian yang sedang berproses: teruslah tumbuh. Dunia madrasah menanti kalian. Dan saya percaya, dengan ilmu dan cinta, kalian akan menjadi guru yang tak hanya dikenang, tapi juga dirindukan. Di antara diskusi kelas, tugas, praktik mengajar, dan proses penelitian, mereka sedang menapaki jalan menjadi pendidik yang bukan hanya menguasai ilmu, tapi juga memiliki hati yang siap membimbing, merawat, dan menginspirasi.

Sebagaimana disampaikan dalam penelitian Sukendar dkk. (2019), penguatan karakter peserta didik dapat dibangun melalui pendekatan teaching-loving-caring yaitu konsep yang selaras dengan nilai-nilai asah, asih, dan asuh. Di dalamnya terkandung makna pengembangan intelektual (asah), penanaman nilai kasih (asih), dan pembentukan kemandirian (asuh). Nilai-nilai inilah yang secara sadar kami tanamkan dalam proses perkuliahan PGMI.

Bersama mereka, saya belajar kembali makna menjadi pendidik: bukan hanya mengajar, tapi hadir secara utuh. Menyentuh akal dan menyapa hati. Memberi ruang untuk tumbuh, sambil menjaga arah agar tetap lurus pada tujuan yang mulia: mendidik generasi umat. Semoga kelak, langkah-langkah mereka di madrasah tidak hanya ditapaki dengan ilmu, tapi juga dengan kasih sayang dan tanggung jawab sebagaimana yang dicontohkan oleh para pendidik besar yang mewariskan pendidikan dengan cinta seperti diantaranya Ki Hajar Dewantara (Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani).

Saya berharap setelah perkuliahan ini selesai, semoga ilmu yang telah saya bagikan dapat menjadi berkah bagi perjalanan mereka. Dan dari lubuk hati saya yang terdalam, doa saya akan selalu menyertai mereka, semoga mereka kelak menjadi pendidik yang lebih hebat, lebih bijaksana, dan lebih bermanfaat di masa depan.

    Foto ini adalah pengingat: bahwa proses mendidik tidak pernah sendiri. Kita tumbuh bersama, belajar bersama, dan berdoa agar bisa bermakna bersama

0 comments:

Posting Komentar